Home » » Di sudut itu

Di sudut itu

MUA. .MUA..
Kenapa nama mu begitu sih? Membuat yang mendengar itu rindu, Membuat yang jauh itu sedih dan membuat siapa pun yang berada didalamnya itu bergumam, berbisik lirih... “i love you”

Hiih.. bener-bener kok. So unexpected pokonya. Dengan semua kemegahan mu serta predikat “unexpected” mu membuat orang yang pernah bersinggungan dengan mu merasa tercengang haru, tak menduga sama sekali. “mengapa tak ku sadari dari dulu betapa aku (manusia) ini sangat merindu yang namanya MASJID.”
Kau sudah merubah persepsi banyak orang tentang Masjid. Yang dulunya hanya beranggapan sebagai tempat ibadah saja, namun sekarang orang berpikir mencari tempat ibadah yang tidak hanya untuk berbidah fisik saja, namun juga berwisata mengarungi indahnya alunan ciptaan Tuhan, teruntuk hati tentunya. Pertama kali orang datang mengunjungi mu, hatinya berkata “waau..” ternyata ini nikmat beribadah. Jika tidak demikian mengapa ada yang jauh2 dari jakarta berkunjung hanya untukmu.

Banyak hal yang telah dilalui. Dan aku yakin disetiap dinding dan tiang mu terukir ratusan bahkan ribuan kanfas kenangan orang yang pernah bersandar kepada mu. Aku bisa melihat itu sejak pertama kali kita berjumpa.

Jumat, 21 Agustus 2010.
Pertama kali kita bertemu dan memulai perkenalan kita. Kala itu kau belum tahu siapa aku, dari mana dan bagaimana latar belakang ku. Demikian pula denganku, aku juga belum mengetahui tentang mu dan bagaimana seluk beluk mu.

Ikatan kita baru lah terjalin seminggu setelahnya. Saat aku direkomendasikan oleh Ka.Jur ku untuk tinggal di Takmir. Beliau memang sangat berjasa atas semua yang terjadi hingga sekarang ini. Berkat beliau pula aku bisa bersama mu. Menjalani semua hal dan lika liku yang pernah kita lalui. Dan kala itu aku hanya bocah ingusan yang tak tahu menahu tentang mu juga semua rahasiamu. Aku masih malu untuk bertingkah, mengeklaim bahwa kau adalah milikku. Masih canggung dengan senior-senior ku dan takut terlalu over dalam bertingkah.

Aku pun tahu kau juga malu untuk mengenalku. Aku tahu dari cara mu diam tak menyapa ku. Bagaimana kamu selalu mengamati dan memperhatikanku dari kejauhan. Itu semua nampak dari atmosfer yang kau ciptakan untuk ku ketika awal aku datang. Dan puncaknya adalah kala itu-Ramadhan pertama ku dengan mu-. Saat itu aku mulai tahu tentang mu, aku mulai dekat dengamu dan aku mulai nyaman. Harus ku akui, “nyaman”.. ya.., “nyaman!!!”. Kau diluar dugaan memang. Hati ku jatuh! Itu adalah saat hanya tersisa kamu, aku dan beberapa penguni lainnya. (H-2 dst..) pekan iktikaf yang benar2 hanat. Kau candai aku dengan cipratan-cipratan air di keran saat berbuka selesai. Kami pun harus basah mencuci tumpukan gelas dan piring para jamaah yang usai berbuka. Malamnya kau bangunkan ku, memaksa ku mengambil air wudhu untuk merendah kepada-Nya. Dan akhirnya di tengah dinginnya kabut fajar, kau menggiringku untuk memenuhi menu sahur para jamaah. Serta harus ku relakan untuk tidak merayakan hari besar dengan keluarga ku. Momen itu benar-benar antara aku dan kamu. O iya, ingatkah kamu saat malam takbir itu dikumandangkan? Hening tak ada orang yang membersamai mu selain aku dan beberapa rekan saja. Beggitu hangat dan istimewa. Dari situ lah ku tahu satu hal, bahwa kau telah menerimaku dan aku pun juga menerima mu sebagai sebuah ikatan, jalinan yang kuat. Hati ku telah terpaut untuk mu.

Di tahun pertama aku beranikan untuk banyak bertingkah dan aktif dalam segala proses. Hari berganti hari telah ku lalui. Kau pun juga mulai banyak memahami ku. Yah.. karena kau sering mendengar keluh kesah ku, kau juga sering yang menemaniku di sudut itu saat semua orang tak bisa lagi menampung semua curhatanku. karena kau juga yang mengusap air mata ku tatkala ku bersujud.

Semua hal tentangku kini kau tahu. Atas semua dosa dan kesalahan ku pun kau fasih memahami. Begitu juga denganku. Kini ku tahu semua tentang mu, semua rahasia mu dan juga sejarah masa lalu. Bagaimana semua berjalan serta proses yang berlangsung, ku tahu semua hingga ke akar-akarnya.

Dua setengah tahun berjalan, dan sekarang kau milik ku sepenuhnya.  Diantara semua nya aku lah yang paling tahu tentang mu. Aku lah yang paling mengerti tentang mu, mengenai seluk beluk mu dan semua tentang mu. Aku lah yang paling mengerti. (*cemburu ku jika kau juga diakui yang lain).

Hufh.. perasaan tidak terima itu tetep ada. Cemburu? Emm.. iya. Sekarang kau lihat banyak bermekaran penghuni baru yang akan menggantikan posisi ku disampingmu. Entah sejak kapan kalian berkenalan namun mereka sudah mulai mengenal mu, mengetahui juga seluruh seluk beluk mu. Dan di momen ini aku harus dipaksa oleh sebuah keadaan dimana aku harus meninggalkanmu. Mengurangi porsi ku untuk mu dan memprioritaskan hal lain. T.T
Sedih memang, tapi bagaimana lagi. Ku pikir kau pun juga tahu keadaan yang ku maksud tadi. Apa yang harus aku perbuat coba? Aku tak ingin jauh darimu. Dimana sekarng ini sedang betul-betul memaknai dirimu dan semua hal tentang mu. Tapi mengapa keadaan itu menimpa ku. Ok, kamu bilang itu adalah bagian dari proses kehidupan yang harus aku jalani. Tapi ini terlalu berat. Aku cacat dalam hal ini. 7 maret kemarin.. Hufh... (tahan run, jangan sampai kecplosan bocor pada tulisan ini, Tahan..)
Yah.. tapi terma kasih. Kau menemani ku. Full 24 jam. Dan kemarin itu, tak kuasa ku menahan air mata saat hakim bertanya... (hushh.... hop!! Sabar,sabar.) *skip-skip..

Hufh, baiklah.. ini mengenai sebuah pilihan kok. Aku harus siap dengan segala konsekuensi. Dan untuk mu, baik-baik ya.. ada banyak penghuni lain yang akan membersamaimu. Aku percaya mereka bisa. Jauh dan jauh lebih baik. Dan terakhir, terimakasih kado dari mu. Istimewa kok. Mulai rabu ashar itu hingga sabtu subuh, ya walau di hari kamisnya harus aku tinggal untuk menyelesaikan tugas ku sebagai seorang yg pengen berpredikat sebagai “anak sholeh”. Yah.. pokoknya g terlupa deh. Just you and me..

Dear : MUA (Masjid Ulil Albab)
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Copyright © 2011. :: Harun A. Aziz :: - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger