Home » » SEPAKAT : "Hari Kasih Sayang"

SEPAKAT : "Hari Kasih Sayang"

Sentilan sentilun :
“14 Februari bukanlah hari kasih sayang, melainkan hari kematian pastur yang bernama VALENTINUS”.
“Valentine adalah produk dan budaya kaum nasrani. Haram hukumnya merayakannya. Wahai kaum muslimin/at, tidak sepantasnya kita mengikuti budaya tersebut.”

Hari ini sudah mendapat sms demikian atau senada dengan itu? Sudah baca pro kontra “Valentine’s Day” di berbagai sosial media? Ya, 14 februari memang hari istimewa. Bukan istimewa momen yang terjadi, namun istimewa karena banyak pro dan kontra yang mewarnainya. Dunia seolah terbelah menjadi dua bagian. Sebagian sibuk mondar mandir kesana kemari untuk persiapan momen ini. Sibuk membeli cinderamata dan kado spesial untuk sang kekasih. Sibuk booking tempat untuk perayaan ini itu. Dan sibuk-sibuk lainnya untuk sebuah momen yang bagi mereka sangatlah spesial.



Sebagian yang lain juga sibuk. Sibuk mondar mandir juga, mondar mandir teriak sana sini, “Valentine Haram”, “Valentine bid’ah”, “kafir kalian ketika mengikuti budaya tersebut”. Selain itu sibuk patroli dijalan jalan juga. Sweeping tempat tempat wisata dan hotel. Razia dibeberapa temapt hiburan. Bahkan tidak sedikit yang memakan korban juga.  Sibuk berbagi sms dan gencar posting di sosial media. Pasang spanduk dan slebaran yang intinya adalah melarang ikut-ikutan hari kasih sayang.

Hadu… akankah tiap tahun kita disibukkan dengan hal hal demikian? Apakah kita hanya berkutat pada itu-itu saja? Apa kita terus terusan terkekang pada stakmatik demikian? Terkurung pada perbedaan prinsip tanpa memikirkan faedah dan hikmah didalamnya. Ayolah guys, kita makhluk berakal dan memiliki derajat mulia. Tidak bisakah sesekali kita berfikir diluar dari kebiasaan. Memikirkan begitu banyak nikmat Allah yang masih tersembunyi, belum tergali sama sekali. Termasuk hari kasih sayang ini.
Terlepas dari pencipta momen ini siapa, dari budaya mana, asal usulnya bagaimana dan dampak budayanya seperti apa. Terlepas dari itu semua, saya ingin mengajak sahabat sahabat tercinta untuk masuk dalam dunia yang berbeda. Sebuah sisi pandang yang berbeda dari kebiasaan. Pola pikir diluar pemikiran rata-rata manusia.



Kenapa sih hari kasih sayang dilarang? Apakah karena asal usulnya? Pendirinya? Kaumnya? Atau karena Budaya kaum yang berbeda dengan kita? Jika itu alasannya saya juga sepakat, ini menyangkut persoalan aqidah juga. Kita memang tidak boleh mengikuti suatu kaum, Rasulullah juga bersabda : “Barangsiapa meniru kebiasaan suatu kaum maka dia termasuk kaum tersebut”.

Tapi yang jadi pertanyaan apakah hari kasih sayang itu salah? Mengapa ia selalu dihujat? Bukankah islam itu identik dengan kasih sayang? Beratus ratus kata dalam Al quran disebut mengenai kasih sayang. Salahkah kita mengenang indahnya kasih sayang itu?

Loh, tapi ada yang nyaut juga. Setiap hari kan hari kasih sayang, lantas mengapa juga kita membuat hari kasih sayang? Adakah yang berpendapat demikian? Pernah kebayang kalau bersin dan kentut itu keluar setiap hari? Itu adalah sebuah kenikmatan yang tiada tara bukan. Tapi apakah kita pernah mentafakuri dan merenungi akan nikmat tersebut? Jarang kan.. bagaimana jika diadakan hari bersin atau hari kentut sedunia? Berbondong bondong orang pasti akan mengenang dan merenungi nikmat bersin dan kentut ini. Dengan adanya hari bersin atau hari kentut kita juga akan paham begitu nikmat bersin dan kentut ini. Selain itu, merupakan karunia yang sangat besar dari Allah SWT.

Hari ibu, banyak kontroversi juga didalamnya. Bagi yang tidak sependapat mereka beranggapan bahwa “Every day is mother’s day”. Namun,ketika tidak ada hari ibu apakah kita bisa menjamin akan selalu mengingat dan mengenang jasa dan pengorbanan seorang ibu. Dengan adanya hari ibu setidakny a tema di beberapa pengajian, tausiyah, pertemuan, pidato dan sebagainya adalah menyinggung tentang ibu. Artinya apa, bahwa ketika sebuah hal dilakukan secara daily (berulang ulang setiap hari) maka efek meresapi hingga lubuk hati tidak akan sama ketika hal tersebut diabadikan dalam sebuah momen tertentu. Bukan untuk syirik, bid’ah dan sebagaimnya. Namun untuk mengenang hal tersebut.

Bayangkan bila kemerdekaan Indonesia tidak diabadikan pada tanggal 17Agustus. Akan kah kita bisa mengenang jasa jasa pahlawan terdahulu? Minimal dengan adanya hari kemerdekaan bangsa Indonesia tidak lupa pada kemerdekaannya sendiri dan dapat memetik hikmahnya.

Begitu juga dengan hari kasih sayang. Ketika orang beranggapan setiap hari adalah hari kasaih sayang, maka penghayatan tentang kasih sayang tersebut tidak akan sama ketika ada sebuah momen sendiri untuk mengenang kasih sayang tersebut. Dengan adanya hari kasih sayang tentu kita akan lebih menghayati dan merenungi akan nikmat kasih sayang tersebut.

Memang, merayakan dan memperingati adalah dua kata yang sangat berbeda. Merayakan dapat dipahami sebagai sesuatu yang berwujud even atau perayaan. Ada sebuah kegiatan dan aktifitas didalamnya, entah dalam bentuk apa. Namun memperingati ialah sesuatu yang diingat dan dikenang. Wujudnya bukan menyelenggarakan sebuah even atau kegiatan dan aktivitas. Ia lebih kepada mengenang kembali suatu peristiwa atau hal tertentu.

Yang terjadi saat ini bahwa hari kasih sayang harus dimaknai dengan sebuah perayaan. Dimana pelaku nya menyelenggarakan berbagai aktivitas didalamnya. Padahal konsep yang ingin saya bangun adalah bagaimana hari kasih sayang ini bukan untuk dirayakan namun untuk diperingati, dikenang dan dipahami hikmah-hikmah didalamnya. Tidak hanya berlaku pada hari kasih sayang saja, namun hari-hari yang lain seperti hari ibu, hari kemerdekaan dan sebagainya.

Sebagai seorang mukmin, tentu kita tahu batasan-batasan dalam berperilaku. Ketika peringatan Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, Muharam dan sebagainya, tentu kita akan mengenangnya. Bukan merayakan dengan berbagai ritual dan aktivitas lainnya. Oleh sebab itu, hari kasih sayang juga penting. Terlepas dari asal usulnya, penciptanya dan kaum apa. Jika perlu kita tentukan sendiri hari kasih sayang, tanggal 23 November juga ok. 29 September pun juga fine-fine aja.
So, kesimpulannya adalah bahwa saya sepakat adanya “Hari Kasih Sayang”. Tentu syarat prasyarat berlaku. antara lain :
  1. Namanya bukan Valentine’s day. Terserah mau nama apa. yang penting jangan itu, karena itu sudah menjurus pada budaya nasrani.
  2. Tanggalnya dirubah deh. terserah juga mau tanggal berapa. Tadi sudah tak singgung juga, mau 23 November juga g masalah. Atau sesuaikan hari mu saja. Tapi tetap pada koridor syar’i donk.. (paham kan kalau ada hari hari khusus, kayak kristen punya minggu, yahudi dengan sabtunya)
  3. Bukan dirayakan ya.. tapi untuk dikenang dan di tafakkuri. jika dirayakan ya begitulah hasilnya. #sudah pada tahu wes gimana  jadinya
  4. dan lain sebagainya. intinya “Hari Kasih Sayang” yang saya maksud berbeda jauh dari yang selama ini terjadi
Oleh sebab itu, mohon untuk tidak mencampur adukkan. Hari kasih sayang itu tidak salah, yang salah adalah cara merespon dan perlakuan kebanyakan orang terhadap hari kasih sayang ini. Mari kita mulai belajar melihat sebuah perkara dari sisi yang indah. Sisi dimana hikmah, nikmat dan karunia Allah SWT tersembunyi didalamnya. Tergantung bagaimana kita menggali hikmah dan karunia tersebut.

SELAMAT MENIKMATI KASIH SAYANG

NB : Note ini merupakan bentuk apresiasi kepada kasih sayang yang selama ini kadang disalahkan hanya adanya Valentine’s day.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Copyright © 2011. :: Harun A. Aziz :: - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger