Komposting sebagai Alternatif Pengurangan Jumlah
Timbunan Sampah Pasar
*Oleh
: Harun Abdul Aziz
Mengelola sampah
pasar berbeda dengan pengelolaan sampah-sampah lainnya. Sampah pasar memiliki karakteristik yang sedikit
berbeda dengan sampah dari perumahan. Komposisi sampah pasar lebih dominan pada sampah organik apalagi jika
berasal dari pasar sayur atau pasar buah-buahan. Sampah pasar organik ini dapat diolah menjadi kompos dan pupuk organik granul yang mempunyai nilai profit tinggi.
Mengolah sampah
pasar menjadi kompos dan pupuk organik merupakan salah satu alternatif
pengolahan sampah yang mudah, murah, dan cepat sekaligus mengurangi volume timbunan sampah yang
dihasilkan pasar tersebut. Metode
pengomposan yang digunakan adalah windrow system. Kompos dibuat dalam
jalur-jalur dan ditutup dengan plastik. Di setiap pasar idealnya disediakan
lahan-lahan untuk mengolah sampah pasar. Luas areal yang dibutuhkan disesuaikan
dengan produksi sampah di pasar itu. Pasar-pasar tradisional yang berukuran
kecil cukup membutuhkan lahan sekitar 0,5 – 1 ha. Tempat pengomposan bisa
diletakkan di bagain belakang pasar yang agak tersembunyi dan jauh dari
pemukiman warga.
Sampah diangkut
ke lokasi pengomposan. Atur penempatan sampah menjadi jalur-jalur yang siap dikomposkan.
Sampah pasar yang didominasi sampah organik memudahkan untuk sortasi. Memisahkan
sampah merupakan bagian yang paling ribet dalam proses ini. Andaikan para
pedagang mau dan disediakan tempat untuk memilah-milah sampah, proses sortasi
ini akan jauh lebih mudah dan lebih cepat. Sampah-sampah yang dipisahkan antara
lain adalah sampah-sampah yang tidak bisa menjadi kompos atau sulit
dikomposkan. Misalnya: plastik, logam, dan lain.
Selanjutnya menyusun
sampah-sampah tersebut menjadi
jalur-jalur pengomposan. Sampah di susun lapis demi lapis. Dalam setiap lapisan
ditambahkan aktivator pengomposan. Sampah pasar umumnya memiliki kadar air yang
tinggi, sehingga jangan ditambahkan air. Pengencera aktivator menggunakan tanah
atau pasir kering. Aktivator ini ditaburkan merata di atas lapisan sampah.
Tinggi lapisan kurang lebih 15 cm. Tinggi tumpukan kurang lebih 1 – 1,5 m.
Setelah tinggi tumpukan 1,5 m, tumpukan ditutup dengan plastik mulsa. Beri
pemberat pada mulsa agar tidak terbang terbawa angin. Tumpukan sampah diamati
setiap minggu untuk melihat jalannya proses pengomposan. Proses pengomposan
berlangsung dalam waktu 1 – 2 bulan. Biasanya 1,5 bulan sudah cukup. Jika
kompos sudah matang, kompos segera dikeringkan di bawah sinar matahari sampai
kering. Dalam kondisi terik, pengeringan berlangsung dalam waktu 2 – 5 hari,
tergantung pada tingkat kebasahan kompos. Pada saat pengeringan ini dipisahkan
kembali sampah-sampah plastik yang masih terbawa dalam proses pengomposan.
Setelah
proses pengeringan, hasil dari komposting ini disaring untuk memperoleh ukuran
partikel sesuai kebutuhan. Selanjutnya
dapat dilakukan proses pengemasan dan hasil komposting sampah organik pasar pun
dapat dikonsumsi dalam berbagai kebutuhan holtikultural.
Harun Abdul Aziz
Mahasiswa UII, Jurusan Teknik Lingkungan
Hp : 085729203327
E mail : harun_enviro@yahoo.com
0 komentar:
Posting Komentar