Aku tahu aku
ini tidak sempurna. Namun dari ketidaksempurnaanku aku punya pilihan untuk
melanjutkan hidup. Bagaimana aku harus memilih, bagaimana aku harus memutuskan
dan bagaimana aku harus mengambil langkah selanjutnya. Dan semua itu terjadi
begitu saja.
Saat ini, aku sedang dihadapkan pada beberapa pilihan. Opsi pilihan yang cukup berat karena semua pilihan ada kelebihan maupun kekurangan sendiri-sendiri. Sudah jadi barang tentu ketika dihadapan dengan pilihan maka pasti ada sesuatu yang dikorbankan, karena kita sebagai manusia tak mungkin untuk mengambil 2 atau lebih pilihan tersebut. Ketika aku melepas pilihan 1 untuk menetap pada pilihan 2 pasti ada sesuatu yang hilang dari keputusan itu. Begitu juga sebaliknya dan berlaku pada pilihan 3.
Yah, mau bagaimana lagi.. demikian lah hidup dan harus kita jalani sebagai salah satu bagian dari proses menuju hal yang lebih baik.
“ikutilah apa kata hatimu..” dia akan membawa pada sesuatu yang tak bisa diprediksi oleh otak maupun akal. Karena ketika kita hanya mengandalkan otak saja pasti tidak akan kita temukan jawaban yang ‘sreg’. Dalam proses memilihnya pun pasti banyak muncul ke-galauan dan kebimbangan. Pun ketika sudah mendapat pilihan terkadang muncul keraguan maupun ketidak-ikhlasan pada pilihan tersebut. Untuk itulah ikuti apa kata hatimu...
#kata orang sih demikian
Benar, setelah beberapa tahap dicoba. Termasuk ngadu pada-Nya yang kata ustadz2 juga sebagai tempat mengadu. Aku mengikuti apa yag hati kecilku bisikkan. Sambil pasang radar ala “perahu kertas” (alay), aku mencoba mendengar ia berbisik. Hati kecil memang tak bisa berbohong, sebenarnya sudah lama ia telah berbisik. Akunya saja yang tak mau mengakui atas bisikannya. Seberapa keras aku melakukan penolakan pada pilihan tersebut tapi tetap saja rasa itu muncul kembali. Dan memang hatiku telah memilih dan ini jauh dari sekedar akal dan otak yang selama ini sering aku banggakan.
Ternyata hasilnya memang W-O-W.
Untuk meniadakan suatu keraguan maka tiadakan juga berbagai pilihan itu dan fokus pada satu tujuan dan arah. Rasa bimbang, ragu, gundah, resah dan kawan-kawannya timbul akibat adanya pilihan/opsi yang lain. Hal ini menstimulus terjadinya keraguan dalam hati, karena tentu akan ada perandingan dan melahirkan pertimbangan. Pertimbangan ini lah yang kadang sering menjebak kita pada lubang yang kita buat sendiri. Pertimbangan ini juga yang sering menjadikan kita tidak tegas dan menjadi seorang pembimbang. Oleh karena itu minimalkan pertimbangan-pertimbangan tersebut. Ketika harus salah dalam pilihan tersebut ya diterima saja dan koreksi atas kesalahan tersebut. Oleh orang luar, ini lah yang sering dianggap menjadikan orang jawa itu begitu lemah. Terlalu banyak pertimbangan dan muncullah kata-kata “dibuang sayang...atau( eman-eman)”.
Pada dasarnya Tuhan itu sudah menciptakan hati dan akal secara berdampingan. Untuk sesuatu yang dapat dirasionalkan maka itulah porsi akal untuk beraksi. Namun ketika dihadapkan pada sesuatu yang masih misteri dan ghaib, maka porsi hati disitu untuk bertindak. Karena hidup ini bukan 1+1=2, namun misteri yang harus dijalani sebagai sebuah proses. Untuk itu, ikuti lah apa kata hati kecilmu akan sebuah proses kehidupan ini. Saya tidak mengajari untuk mengagung-agungkan akal dan bersikap rasionalis patrialis. Namun saya mencoba menyibak sisi lain dari kehidupan bila dipandang menggunakan hati. Apa pun bisa terjadi,kapan saja dan dimana saja. Walau itu hanya dalam hitungan menit, jarak dekat maupun jauh atau kepada siapa saja,
Saat ini, aku sedang dihadapkan pada beberapa pilihan. Opsi pilihan yang cukup berat karena semua pilihan ada kelebihan maupun kekurangan sendiri-sendiri. Sudah jadi barang tentu ketika dihadapan dengan pilihan maka pasti ada sesuatu yang dikorbankan, karena kita sebagai manusia tak mungkin untuk mengambil 2 atau lebih pilihan tersebut. Ketika aku melepas pilihan 1 untuk menetap pada pilihan 2 pasti ada sesuatu yang hilang dari keputusan itu. Begitu juga sebaliknya dan berlaku pada pilihan 3.
Yah, mau bagaimana lagi.. demikian lah hidup dan harus kita jalani sebagai salah satu bagian dari proses menuju hal yang lebih baik.
“ikutilah apa kata hatimu..” dia akan membawa pada sesuatu yang tak bisa diprediksi oleh otak maupun akal. Karena ketika kita hanya mengandalkan otak saja pasti tidak akan kita temukan jawaban yang ‘sreg’. Dalam proses memilihnya pun pasti banyak muncul ke-galauan dan kebimbangan. Pun ketika sudah mendapat pilihan terkadang muncul keraguan maupun ketidak-ikhlasan pada pilihan tersebut. Untuk itulah ikuti apa kata hatimu...
#kata orang sih demikian
Benar, setelah beberapa tahap dicoba. Termasuk ngadu pada-Nya yang kata ustadz2 juga sebagai tempat mengadu. Aku mengikuti apa yag hati kecilku bisikkan. Sambil pasang radar ala “perahu kertas” (alay), aku mencoba mendengar ia berbisik. Hati kecil memang tak bisa berbohong, sebenarnya sudah lama ia telah berbisik. Akunya saja yang tak mau mengakui atas bisikannya. Seberapa keras aku melakukan penolakan pada pilihan tersebut tapi tetap saja rasa itu muncul kembali. Dan memang hatiku telah memilih dan ini jauh dari sekedar akal dan otak yang selama ini sering aku banggakan.
Ternyata hasilnya memang W-O-W.
Untuk meniadakan suatu keraguan maka tiadakan juga berbagai pilihan itu dan fokus pada satu tujuan dan arah. Rasa bimbang, ragu, gundah, resah dan kawan-kawannya timbul akibat adanya pilihan/opsi yang lain. Hal ini menstimulus terjadinya keraguan dalam hati, karena tentu akan ada perandingan dan melahirkan pertimbangan. Pertimbangan ini lah yang kadang sering menjebak kita pada lubang yang kita buat sendiri. Pertimbangan ini juga yang sering menjadikan kita tidak tegas dan menjadi seorang pembimbang. Oleh karena itu minimalkan pertimbangan-pertimbangan tersebut. Ketika harus salah dalam pilihan tersebut ya diterima saja dan koreksi atas kesalahan tersebut. Oleh orang luar, ini lah yang sering dianggap menjadikan orang jawa itu begitu lemah. Terlalu banyak pertimbangan dan muncullah kata-kata “dibuang sayang...atau( eman-eman)”.
Pada dasarnya Tuhan itu sudah menciptakan hati dan akal secara berdampingan. Untuk sesuatu yang dapat dirasionalkan maka itulah porsi akal untuk beraksi. Namun ketika dihadapkan pada sesuatu yang masih misteri dan ghaib, maka porsi hati disitu untuk bertindak. Karena hidup ini bukan 1+1=2, namun misteri yang harus dijalani sebagai sebuah proses. Untuk itu, ikuti lah apa kata hati kecilmu akan sebuah proses kehidupan ini. Saya tidak mengajari untuk mengagung-agungkan akal dan bersikap rasionalis patrialis. Namun saya mencoba menyibak sisi lain dari kehidupan bila dipandang menggunakan hati. Apa pun bisa terjadi,kapan saja dan dimana saja. Walau itu hanya dalam hitungan menit, jarak dekat maupun jauh atau kepada siapa saja,
“Karena hidup adalah misteri, bukan
angka matemetis yang dapat kita hitung dan diinterpretasikan melalui angka”
@kangharun_ on twitter
0 komentar:
Posting Komentar