Kelangkaan Air
Katakanlah:
"Terangkanlahkepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; Maka siapakah
yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?".
Q. S. Al Mulk [67] : 30
Banyak konflik di dunia ini disebabkan atau dipicu oleh
kelangkaan air. Konflik-konflik yang terjadi, dari Chad sampai Darfur, Sudan,
Gurun Ogaden di Ethiopia, Somalia, Yaman, Irak, Pakistan, dan Afghanistan,
semuanya terletak di busur besar kawasan yang gersang, tempat kelangkaan air
yang menyebabkan gagal panen, matinya ternak, kemiskinan ekstrem, dan
keputusasaan.
Dalam sebuah laporan PBB dalam World Water Development Report (WWDR),
ditegaskan bahwa meski jumlah air merupakan bagian terbesar di bumi, namun
hanya 2,53 persen yang merupakan air bersih. Sebanyak dua pertiga dari air
bersih itu berupa sungai es (glaser) dan salju permanen yang sulit untuk
dimanfaatkan. Dari waktu ke waktu sumber daya air bersih makin berkurang akibat
pertambahan penduduk.Air bersih juga terpolusi oleh kurang lebih dua juta ton
sampah setiap hari.Polusi ini muncul dari kegiatan sektor industri, kotoran
manusia, dan kegiatan sektor pertanian.Tidak ada data yang pasti soal produksi
limbah cair.Akan tetapi, salah satu sumber memperkirakan produksi limbah cair
mencapai 1.500 kilometer kubik.Bila saja satu liter limbah cair mencemari
delapan liter air bersih, maka setidaknya 12.000
kilometer kubik air bersih terpolusi di seluruh dunia.
Dampak dari perubahan iklim dunia terhadap sumber air belum diketahui secara pasti.Akan tetapi, estimasi terbaru menyebutkan, perubahan iklim global menyebabkan kelangkaan air global hingga 20 persen. Pada pertengahan abad ini atau pada tahun 2050, setidaknya enam milyar manusia di 60 negara akan mengalami kelangkaan air bersih. Bahkan, dalam kurun waktu 20 tahun ke depan, laporan itu memprediksikan rata-rata pasokan air untuk tiap orang akan turun sepertiganya.
Berbagai
penyakit juga muncul terkait dengan ketersediaan air di negara berkembang
seperti diare, malaria, dan skabies (penyakit kulit- Red). Pada tahun 2000 setidaknya
terdapat 2,2 juta kematian karena sanitasi air yang rendah. Sekitar satu juta
manusia meninggal karena malaria.Upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi
berbagai penyakit melalui media air adalah dengan memperbaiki pasokan air
bersih. Akan tetapi, pada kenyataannya masih terdapat 1,1 milyar penduduk dunia
tidak bisa mendapatkan akses perbaikan pasokan air bersih. Bila upaya perbaikan
pasokan air dilakukan dengan sanitasi dasar, maka sebenarnya tingkat kematian
karena minimnya pasokan air bersih bisa dikurangi sebanyak 17 persen per
tahun.Sedangkan dengan perbaikan sanitasi lanjutan, maka tingkat kematian bisa
dikurangi 70 persen per tahun.
Bumi
yang dibiarkan begitu saja diperkirakan bisa memberi makan untuk 500 juta
manusia.Untuk itu dibutuhkan sistem pertanian yang memadai karena jumlah
penduduk dunia mencapai sekitar enam milyar orang.Untuk menyediakan pangan
sebanyak 2.800 kalori per orang per hari membutuhkan paling sedikit seribu
kubik air.Kebutuhan air untuk pertanian dipasok sebagian besar dari air hujan
dan sebagian kecil dari irigasi.Namun, jumlah air untuk irigasi juga tidak
mencukupi sehingga sumber air untuk irigasi juga berasal dari limbah
cair.Paling tidak 10 persen dari lahan beririgasi di negara berkembang mendapat
pasokan dari limbah cair.Dibutuhkan investasi yang besar untuk membuat
fasilitas irigasi.Setidaknya butuh 1.000 dollar AS hingga 10.000 dollar AS per
hektar untuk membangun irigasi.Manfaatnya, ada hubungan yang positif antara
investasi irigasi, ketahanan pangan, dan pengurangan kemiskinan.Untuk kebutuhan
irigasi, sebenarnya limbah cair harus diolah lebih dulu.Namun, di banyak negara
berkembang air yang tercemar itu digunakan langsung untuk irigasi. Padahal cara
seperti ini memiliki risiko bahwa air tersebut mengandung bakteri, cacing,
virus dan logam berat yang berbahaya. Mikroorganisme dan senyawa ini berbahaya
bagi petani dan pengelola irigasi yang bersentuhan langsung dengan air itu,
maupun para konsumen pangan yang mendapat pasokan pangan dari area pertanian
tersebut.Tidak bisa disangkal, berbagai jenis penyakit dan logam berat berada di
dalam produk-produk pangan.
Air
juga terkait dengan masalah perkotaan.Saat ini sekitar 48 persen populasi dunia
tinggal di perkotaan.Pada tahun 2030 diperkirakan persentase itu meningkat menjadi
60 persen.Kenaikan itu harus diikuti dengan penyediaan air dan sanitasi yang
memadai, serta membutuhkan pengelolaan limbah secara memadai.Bila saja limbah
tersebut tidak ditangani, maka hal itu menjadi ancaman bagi
lingkungan.Pengelolaan air bersih untuk perkotaan sangat kompleks karena harus
memadukan kebutuhan air untuk penduduk dan industri, pengendalian polusi,
membutuhkan penanganan limbah, mencegah banjir, dan menjaga kelestarian sumber
daya air. Masalah ini bisa diselesaikan dengan melakukan kerja sama
antarberbagai daerah yang memiliki kaitan dengan aliran sungai dan sumber air
tanah. Saat ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membuat tolok ukur akses yang
memadai untuk seorang penduduk mendapatkan air.Penduduk dikategorikan bisa
mengakses penyediaan air bersih bila untuk mendapatkan 20 liter per hari harus
berjalan kurang dari satu kilometer.
Kenyataannya
banyak penduduk yang tidak bisa mendapatkan akses dengan tolok ukur
itu.Penyediaan air bersih di negara dengan pendapatan yang rendah merupakan
masalah yang besar.Kualitas penyediaan air sangat rendah sementara harganya
sangat mahal, ketika penduduk harus membeli air dari tukang air bersih
keliling. Untuk menyediakan air bersih, fasilitas sanitasi, dan pengendalian
banjir merupakan masalah yang penting bagi sebuah kota.Diperlukan zonasi untuk
pembangunan perumahan dan industri agar tidak mengganggu sumber daya air. Akan
tetapi, ini bukan hal yang mudah untuk sebuah kota yang memilikipendapatan yang
rendah.Bukan hanya rumah tangga yang membutuhkan air bersih, industri pun
membutuhkan air untuk bahan baku. Kebutuhan air untuk industri meningkat dari
sekitar 725 kilometer kubik pada tahun 1995 dan diperkirakan menjadi 1.170
kilometer kubik pada tahun 2025. Peningkatan ini akanterjadi di negara-negara berkembang,
di mana industrialisasi semakinmeningkat.
Permasalahannya,
permintaan dan produksi air untuk industri sebenarnya bisa dipecahkan.Caranya
adalah dengan membuat proyeksi kebutuhan air oleh pelaku usaha dan
pemerintah.Keduanya juga harus mengelola penyediaan air.Pengelolaan kebutuhan
air harus dilakukan dengan meningkatkan efisiensi dan menurunkan polusi.Sayangnya,
air yang keluar dari industri biasanya memiliki kualitas yang rendah dan
terpolusi, serta tanpa penanganan yang memadai. Air ini akan kembali masuk ke
sungai-sungai kecil sehingga membebani penyediaan air bersih bagi penduduk di
sekitarnya.
Air
juga menjadi sumber produksi energi.Pembangkit listrik dengan menggunakan
tenaga air digunakan di banyak negara. Saat ini dua milyar manusia tidak
mendapatkan listrik, satu milyar menggunakan listrik yang tidak ekonomis, dan
2,5 milyar penduduk mendapat akses terbatas dari penyediaan listrik. listrik
sangat membantu dalam mengurangi kemiskinan, membantu usaha kecil dan menengah,
penyedia penerangan sehingga memungkinkan penduduk untuk belajar di malam hari,
dan memperpanjang waktu untuk bekerja. Pembangkit listrik tenaga air
menyediakan sekitar 19 persen dari produksi total listrik pada tahun 2001.
Penggunaan air untuk pembangkit listrik dapat mengurangi efek rumah kaca dan
polusi udara.
Bencana
yang disebabkan oleh air juga tidak sedikit.Lihat saja angka bencana alam,
terdapat manusia yang menjadi korban bencana sekitar 211 juta per
tahun.Sebanyak 90 persen dari korban bencana itu akibat air.Dengan rincian 50
persen merupakan korban banjir, 28 persen akibat penyakit dengan media air, dan
11 persen akibat kekeringan. Jumlah kematian akibat bencana alam mencapai 665.000
jiwa, 15 persen di antaranya karena banjir, serta 42 persen akibat kekeringan.
Jumlah kerugian akibat bencana itu naik dari 30 milyar dollar AS pada tahun
1990 menjadi 70 milyar dollar AS pada tahun 1999. Kejadian ini mengindikasikan
adanya kaitan antara sumber daya air dan investasi untuk pencegahan bencana,
seperti pembuatan dam ,perencanaan penggunaan lahan, dan peramalan banjir.
Cara-cara
yang digunakan untuk mengurangi persaingan penggunaan air adalah dengan jalan
membuat strategi nasional, alokasi air antarsektor, penanganan kualitas air,
serta pengelolaan sistem penampungan air bersih.Banyak perkembangan yang
terjadi dengan air pada dekade ini.Air tidak hanya memiliki nilai ekonomis,
tetapi juga memiliki nilai sosial, religius, kultural, dan lingkungan.Konsep
keadilan dalam penggunaan air adalah memaksimalkan penggunaan air untuk
kepentingan semuanya, sambil menyediakan akses untuk penduduk dan meningkatkan
penyediaan air bersih.Ini berarti dalam menggunakan instrumen ekonomi untuk
alokasi air, maka harus mempertimbangkan masyarakat yang kesulitan untuk
mendapatkan air, masyarakat yang hidup dalam kemiskinan, anak-anak, serta
masyakakat lokal.Valuasi air berguna untuk alokasi air, pengelolaan kebutuhan,
dan investasi.
Meski
demikian, banyak masalah yang muncul karena perhitungan ekonomi tidak dapat
memperkirakan secara tepat nilai- nilai sosial, keadaan ekonomi dan lingkungan,
dan hakikat dari air. Investasi di sektor pengairan membutuhkan dana sekitar 20
milyar-60 milyar dollar AS. Masalah-masalah yang muncul dalam pengelolaan air
merefleksikan perbedaan berbagai kepentingan yang ada.Perbedaan berbagai sektor
ekonomi seperti penggunaan air untuk pangan, perkotaan, dan industri harus
dikaji secara saksama.Kewajiban membayar air tidak bisa ditetapkan untuk
penduduk di semua tempat.Krisis air sebenarnya adalah krisis
pengelolaan.Gabungan dari krisis ini tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang
singkat. Pengelola air akan mendapati situasi yang kompleks dan tidak menentu.
Harun Abdul Aziz
Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan 2010
0 komentar:
Posting Komentar