Allahu Akbar,
Subhanallah,
ini lah kata yang pantas untuk Mu Ya Rabb . Tuhan ku yang benar-benar sayang aku. (Walau terkadag aku sering memalingkan-Mu.)
Engkau tahu Ya Rabb bagaimana posisi ku saat itu, dimana aku harus dihadapkan siituasi yang benar-benar menguras mental dan pikiran. Kedewasaan ku memang sedang diuji, aku paham akan hal itu. Aku bisa. Dan aku mampu. Aku tahu itu!!! Tapi bagaiman pun juga aku ini masih bocah, yang kadang rindu sosok sang Bapak, yang masih butuh naungannya.
Engkau tahu bagaimana aku Tuhan.
dan dengan segala yang Engkau ketahui, Kau kirimkan orang-orang yang peduli terhadapku. Mereka yang selalu ada saat kondisi ku nol. Mereka yang berdoa untuk ku. Dan mereka yang setia menemaniku saat kesendirian ini melanda. Mereka lah yang membuat senyum ini kembali dari tidurnya. Merekalah sang penguat hati yang sedang terpuruk. Merekalah yang menghibur, menemani dan memikat canda untuk sejenak melepas diri dari rasa duka.
Engkau memang memang tahu Tuhan.
terimaksih dan syukur yang mampu ku panjatkan. Sujud ku, sembah ku hanya untuk-Mu. Namun, aku ini masih malu untuk mengungkapkannya. Hamba Mu ini masih kotor, hanya pada kondisi seperti ini bermunajat kepada-Mu. Tapi ketika hati tertutup gemilau dunia, seakan berpaling dan tak membutuhkan-Mu. Mohon Ampun Ya Rabb...
Lagi,
Engkau Maha Tahu akan kondisi ku.
Logika ku tak sampai untuk menggapainya. Tatkala harus berhadapan dengan biaya segitu nya, what can i do...? satu pertanyaan yang mondar-mandir dipikiran. Mengganggu? *banget.. bener, saat seperti ini logika itu tak ada guna sama sekali. Mau difikir sekeras apa pun, se rasional apa pun tetep ga nyandak!! Justru dengan Dhuha, sedekah, sujud, doa itulah pintu jalan keluarnya. Kadang hal sepele yang tak terpikir malah menjadi senjata pamungkas pemusnah masalah.
dan Hape ini juga mungkin salah satunya (karena kita hidup di jaman sekarang ini). Ini penghubung antar semuanya. Dan tak dapat dipungkiri, dari sinilah gerbang rizqi dibuka dengan berbagai jalur.
ini lah kata yang pantas untuk Mu Ya Rabb . Tuhan ku yang benar-benar sayang aku. (Walau terkadag aku sering memalingkan-Mu.)
Engkau tahu Ya Rabb bagaimana posisi ku saat itu, dimana aku harus dihadapkan siituasi yang benar-benar menguras mental dan pikiran. Kedewasaan ku memang sedang diuji, aku paham akan hal itu. Aku bisa. Dan aku mampu. Aku tahu itu!!! Tapi bagaiman pun juga aku ini masih bocah, yang kadang rindu sosok sang Bapak, yang masih butuh naungannya.
Engkau tahu bagaimana aku Tuhan.
dan dengan segala yang Engkau ketahui, Kau kirimkan orang-orang yang peduli terhadapku. Mereka yang selalu ada saat kondisi ku nol. Mereka yang berdoa untuk ku. Dan mereka yang setia menemaniku saat kesendirian ini melanda. Mereka lah yang membuat senyum ini kembali dari tidurnya. Merekalah sang penguat hati yang sedang terpuruk. Merekalah yang menghibur, menemani dan memikat canda untuk sejenak melepas diri dari rasa duka.
Engkau memang memang tahu Tuhan.
terimaksih dan syukur yang mampu ku panjatkan. Sujud ku, sembah ku hanya untuk-Mu. Namun, aku ini masih malu untuk mengungkapkannya. Hamba Mu ini masih kotor, hanya pada kondisi seperti ini bermunajat kepada-Mu. Tapi ketika hati tertutup gemilau dunia, seakan berpaling dan tak membutuhkan-Mu. Mohon Ampun Ya Rabb...
Lagi,
Engkau Maha Tahu akan kondisi ku.
Logika ku tak sampai untuk menggapainya. Tatkala harus berhadapan dengan biaya segitu nya, what can i do...? satu pertanyaan yang mondar-mandir dipikiran. Mengganggu? *banget.. bener, saat seperti ini logika itu tak ada guna sama sekali. Mau difikir sekeras apa pun, se rasional apa pun tetep ga nyandak!! Justru dengan Dhuha, sedekah, sujud, doa itulah pintu jalan keluarnya. Kadang hal sepele yang tak terpikir malah menjadi senjata pamungkas pemusnah masalah.
dan Hape ini juga mungkin salah satunya (karena kita hidup di jaman sekarang ini). Ini penghubung antar semuanya. Dan tak dapat dipungkiri, dari sinilah gerbang rizqi dibuka dengan berbagai jalur.
Pertolongan Allah
itu luas dan tersebar kemana pun, tinggal bagaimana kita meraihnya dan seberapa
luas kita mampu menjangakaunya. “seberapa luas kita menjangkaunya..” ya,
seberapa luas kita menjangkaunya, kadang sring tidak kita sadari bahwa ternyata
Allah telah memberikan rizqi itu berlimpah-limpah namun kita sendiri lah
yangmalas untuk mencarinya dan kurang jeli melihatnya.
Subhanallah, satu pelajaran berharga dari Ummi..
sejak selasa itu sammpai kamis malam (terkhir kali duduk diranjang Rumah sakit) begitu Buuuuaaanyaaaak sekali tamu yang besuk. Aku sendiri sampai kualahan ngladeninya. Mulai dari tetangga rumah, tetangga rumah yang dulu (karena sempat ngontrak pindah2), rekan2 home schooling ummi, temen kerja dulu, temen2 penjahitnya ummi (pernah si, dan masih berkecimpung di dunia Tailor). Oya, temen2 abah dulu {wa.. ngunyel2 aku , “ini harun?? Oalah, dulu masih segini kamu. La kok sekarang wes jadi joko..} trus ummuhat-ummuhat dari pondok juga. Subhanallah..
Luar biasa..
begitu banyak relasi dan koneksi yang udah ummi bangun. Padahal dari kesekian tamu itu Cuma dikit yang dikabari. Ini bagai jaring laba-laba, yang informasinya terhubung sampe kemana-kemana. Dan tentu, rizqi Allah mengalir begitu deras melalui tangan-tangan mereka. Logika ku ga jalan yakin. Aku pusing nyari buat nutup biaya rumah sakit ga seberapa dengan ini. Pakdhe ku yang di bogor aku kabari dan ngirim beberapa, alhamdulillah cukup untuk nutup biaya rumah sakit. Dan selebihnya untuk keperluan yang lain.
dan ini lah skenario Allah, untuk memberikan rizqi saja bisa dengan hal seperti ini dulu (ya.. tetep, tidak mengharap kecelakaan ini terjadi lagi). Tapi bayangkan begitu luar biasanya Allah membuka pintu rizqi dengan cara apa pun dan diluar pemikiran serta akal sehat kita. Maka : “Fabiayyi aala i rabbikuma tukadzibaan”
*Hmmm, merinding..
Subhanallah, satu pelajaran berharga dari Ummi..
sejak selasa itu sammpai kamis malam (terkhir kali duduk diranjang Rumah sakit) begitu Buuuuaaanyaaaak sekali tamu yang besuk. Aku sendiri sampai kualahan ngladeninya. Mulai dari tetangga rumah, tetangga rumah yang dulu (karena sempat ngontrak pindah2), rekan2 home schooling ummi, temen kerja dulu, temen2 penjahitnya ummi (pernah si, dan masih berkecimpung di dunia Tailor). Oya, temen2 abah dulu {wa.. ngunyel2 aku , “ini harun?? Oalah, dulu masih segini kamu. La kok sekarang wes jadi joko..} trus ummuhat-ummuhat dari pondok juga. Subhanallah..
Luar biasa..
begitu banyak relasi dan koneksi yang udah ummi bangun. Padahal dari kesekian tamu itu Cuma dikit yang dikabari. Ini bagai jaring laba-laba, yang informasinya terhubung sampe kemana-kemana. Dan tentu, rizqi Allah mengalir begitu deras melalui tangan-tangan mereka. Logika ku ga jalan yakin. Aku pusing nyari buat nutup biaya rumah sakit ga seberapa dengan ini. Pakdhe ku yang di bogor aku kabari dan ngirim beberapa, alhamdulillah cukup untuk nutup biaya rumah sakit. Dan selebihnya untuk keperluan yang lain.
dan ini lah skenario Allah, untuk memberikan rizqi saja bisa dengan hal seperti ini dulu (ya.. tetep, tidak mengharap kecelakaan ini terjadi lagi). Tapi bayangkan begitu luar biasanya Allah membuka pintu rizqi dengan cara apa pun dan diluar pemikiran serta akal sehat kita. Maka : “Fabiayyi aala i rabbikuma tukadzibaan”
*Hmmm, merinding..
0 komentar:
Posting Komentar