Pengolahan Limbah Secara Alami
Oleh :
Harun Abdul Aziz (Kang Har)
Sejauh yang saya rasakan hingga saat ini bahwa Teknik Lingkungan
FTSP-UII memberikan kurikulum pada bidang pengolahan air limbah adalah tertuju
pada “limbah domestik” saja, yakni limbah yang berasal dari rumah tangga. Untuk
pengolahan limbah lingkungan spesifik seperti industri, rumah sakit atau
tambang belum terlalu fokus hingga masuk detail perencanaan.
Berkaitan dengan limbah domestik, pengolahan yang dialakukan adalah
pengolahan konvensional yang telah dipakai pada instansi pengolahan limbah pada
umumnya. Jarang yang menggunakan “Advance Treatment” atau pengolahan tingkat
lanjut. Dalam sistem pengolahan konvensional ini sering kita menjumpai konsep
PALSA, (Pengolahan Air Limbah Secara Alami :
red). Sejalan dengan itu, mata kuliah yang sedang saya ambil pada semester ini
berkenaan dengan proses pengolahan air limbah dengan menggunakan prinsip dasar
alami. PALSA, begitu kami menyebutnya.
“Secara Alami”, maksud disini adalah pengolahan non mekanis dimana
proses pengolahan yang akan diterapkan pada dasarnya meng-copy dari proses alam
yang telah berlangsung dengan sedikit rekayasa untuk mengoptimalkan efisiensi
kerja dari sistem pengolahan itu sendiri. PALSA menjadi sebuah alternatif pengolahan
yang sering dipilih mengingat harga/biaya yang relatif murah dengan perawatan
dan pengoprasionalan yang cukup mudah. Seiring perkembangan zaman, PALSA ini
lah yang sering kita sebut sekarang sebagai pengolahan limbah konvensional,
karena konsep ini yang sering digunakan untuk alternatif pengolahan air limbah,
terutama limbah domestik.
Ada banyak sistem pada PALSA ini, diantaranya dengan menggunakan
sistem akuatik, sistem terrestrial dan sistem wetland. Pada dasarnya semua tipe
dalam PALSA ini meng-adopsi peristiwa alam yang telah berlangsung untuk
digunakan pada unit pengolahan. Misalnya saja pada sistem akuatik. Pada sistem
ini teknologi yang digunakan adalah berbentuk pond (kolam) dengan kriteria
desain tertentu. Konsep pond ini jelas men-duplikat sistem pada alam ini dalam
dunia perairan, dimana ekosistem memiliki peran dalam mendegradasi kontaminan
asing yang masuk.
Untuk sistem wetland, nilai PALSA yang diterapkan mengadopsi sistem
rawa dengan segala ekosistemnya. Teknologi alam ini lah yang digunakan sebagai
dasar perencanaan teknologi pengolahan air limbah. Tentu saja dengan rekayasa
dan perhitungan agar efisiensi dan efektifitasnya meningkat.
Salah satu contoh dari penerapan PALSA ini adalah pengolahan yang
telah dilakukan oleh IPAL Bojong Soang Bandung. Disini memang tidak semua unit
pengolahan menggunakan aplikasi PALSA, namun primary treatment atau
pengolahan utamanya adalah menggunakan konsep dasar PALSA.
Sistem pengolahan air limbah di IPAL Bojongsoang terhitung
konvensional. Proses-prosesnya mengutamakan proses alami, tanpa bantuan
teknologi yang rumit dan tanpa bantuan bahan kimia aditif. IPAL seluas 85
hektar ini mengolah air limbah melalui dua proses utama, yaitu proses fisik dan
biologi. Proses fisik memisahkan air limbah dari sampah-sampah, pasir, dan
padatan lainnya sehingga proses pengolahan biologi tidak terganggu. Proses
biologi mengolah air limbah sehingga parameter Biochemical Oxygen Demand (BOD),
Chemical Oxygen Demand (COD), Dissolved Oxygen (DO), kandungan bakteri Coli, kandungan
logam berat, dll memenuhi daya dukung lingkungan badan air di mana air limbah
yang sudah diolah ini akan dibuang. Kolam pengolahan biologi terdiri dari 14
kolam yang terdiri dari dua kompartemen utama, kompartemen A dan kompartemen B.
Jadi, masing-masing kompartemen terdiri dari tujuh kolam yaitu, tiga kolam
anaerob, dua kolam fakultatif, dan dua kolam maturasi.
IPAL Bojongsoang memiliki kapasitas pengolahan 80.000 meter kubik
air limbah perhari. Namun, pemanfaatannya masih jauh di bawah itu. Air limbah
eksisting yang diolah hanya 40.000 meter kubik. Dan ini lah sekilas cuplikan
IPAL bojong Soang tersebut.
Berikut cuplikan video dari IPAL Bojong Soang. Terimakasih..
Klik disini,
0 komentar:
Posting Komentar