“Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka
selalu berada dalam kebenaran.”
(QS. Al Baqarah [2]: 186)
Pernahkah
Anda merasa was was dan cemas mengapa doa saya belum juga terkabulkan?
Setelah sekian lama bersimpuh, berdoa memohon kepada sang Khaliq namun
belum juga terijabahi apa yang kita harapkan. Dan pernahkah terbersit
dibenak Anda kata-kata seperti ini “Sifat murah Allah itu tak terbatas
dan sifat bakhil tidak ada pada-Nya, lantas kenapa ijabah mesti ditunda?”.
Banyak
diantara kaum muslimin yang berdoa kepada Rabbnya, memohon sesuatu, ia
terus berdoa, namun selama itu doanya belum juga terkabulkan. Seketika
itu ia berhenti berdoa dan berputus asa. Ia merasa doanya tidak
terkabulkan selamanya. Sesungguhnya inilah yang diperingatkan oleh
Rasulullah SAW dalam sabda beliau yang diriwyatkan oleh Imam Bukhari;
“Seseorang
dari kalian akan terkabul (doanya) selama ia tidak tergesa-gesa. Yakni
mengucapkan kalimat, ‘Sungguh, aku telah berdoa, namun belum juga
dikabulkan’.”
Dalam riwayat Muslim, seseorang bertanya, “wahai rasulullah, apa itu tergesa-gesa?” beliau menjawab, “Mengatakan ‘Aku telah banyak berdoa , tetapi tak kunjung melihat terkabulkan,’lalu ia merasa rugi.”
Perlu
diketahui bahwa banyak faktor yang mempengaruhi keterlambatan
terkabulnya doa. Harus diingat bahwa Allah memiliki hikmah dibalik
keterlambatan itu. Diantara hikmah tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, bisa
jadi dikarenakan Anda belum memenuhi syarat wajib doa. Diantaranya
tidak menghadirkan hati yang penuh harap doa akan erkabulkan, waktu yang
kurang tepat, kurang khusyuk, kurang khudu’, kurang tadzallul, dan kurangnya adab-adab serta syarat-syarat yang lain.
Kedua, bisa
jadi dikarenakan suatu dosa yang Anda belum bertaubat darinya, atau
taubat Anda belum sungguh-sungguh. Bisa jadi juga karena adanya
kedzaliman yang pernah Anda lakukan namun belum sempat meminta maaf.
Atau dikarenakan makanan yang Anda makan, seperti yang telah dinyatakan
dalam sebuah hadits shahih,
“Kemudian
baliau menybut ada seseorang dengan rambut acak-acakan, tubuh penuh
debu, mengangkat tangan keatas seraya memohon, ‘Duhai Rabbi! Duhai
Rabbi!’ padahal makannya haram, minumannya haram, pakainnya haram, dan
ia diberi makan yang haram. Bagaiman bisa doannya dikabulkannya?” (HR
Muslim) Oleh karena itu, Anda harus membersihkan jalan menuju ijabah dari berbagai kotoran dosa sebelum doa tersebut dipanjatkan.
Ketiga, bisa
jadi Allah menyimpan pahala doa itu dan memberikannya di akhirat. Atau
bisa jadi dengan dikabulkannya doa itu sesuatu yang buruk terjadi kepada
Anda. Akan lebih baik bila doa itu tertunda untuk kebaikan Anda, dan
disimpan di akhirat. Sebab dengan disimpannya doa itu di akhirat,
sungguh hal itu akan meninngika derajat Anda pada hari kiamat kelak.
Hari itu Anda akan sangat bergembira karenanya dan berharap andai semua
doa tidak dikabulkan dan pahalanya disimpan di akhirat.
Keempat, penundaan
ijabah adalah salah satu ujian baru dari Allah bagi seorang hamba untuk
mengukur kadar imannya. Apakah dengan penundaan tersebut seorang hamba
akan bersabar atukah muncul keraguan, doa tersebut dikabulkan atau
tidak. Apakah seorang hamba akan terus memohon doa atau berputus asa.
Juga, supaya Anda tahu bahwa Anda bukanlah buruh yang marah jika upahnya
belum diberikan. Supaya Anda juga tahu makna sabda Nabi pasca
perjanjian Hudaibiyah, “Sesungguhnya aku adalah hamba Allah, dan Dia
tidak akan menyia-nyiakan diriku selamanya” (HR Bukhari)
Maka, saat keraguan itu muncul segeralah mengingat Allah dan yakin bahwa penundaan tersebut bisa jadi ujian untuk kita.
Kelima, hikmah
lain penundaan tersebut adalah supaya seorang muslim mengerti akan
adanya hakikat yang amat penting. Bahwa Allah adalah Malik, Sang Pemilik
segalnya yang mempunyai hak penuh untuk mengatur semua milik-Nya,
menahan sesuatu atau memberikan sesuatu. Jika Dia memberikannya maka itu
adalah anugrah dari-Nya, dan jika Dia menahannya maka itu adalah
keadilan-Nya dan Dia meiliki alas an itu.
Ingatlah bahwa sejak Ya’qub kehilangan putanya, Yusuf, ia terus berdoa meski ijabah
atas doanya tertunda lama sekali.diriwayatkan ia terus berdoa selama 40
tahun. Tidak behenti sampai disitu, bahkan ujiannya bertambah. Ia
kehilangan putranya lagi, Benyamin, dan matanya memutih, buta, karena
sedih. Namun demikian ia yakin bahwa jalan keluar dari Allah sudah
dekat. Ia berucap, “Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semua
kepadaku; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” ( QS.
Yusuf [12] : 38)
Keenam, bisa jadi tertundanya ijabah Anda
akan menjadikan diri Anda lebih dekat kepada Allah SWT, terus menerus
merendahkan diri dan bersimpuh di hadapan-Nya. Mungkin saja jika
permohonan Anda dikabulkan, Anda akan menyibukkan diri dan lalai dari
Allh SWT. Lalu Anda lupa memohon dan berdoa kepada-Nya, padahal doa
adalah bagian penting dari ibadah. Inilah keadaan kebanyakan kita.
Buktinya, tatkala kita sedang menghadapi ujian dan cobaan berjam-jam
bersimpuh memohon pun kiat lakukan. Begitu khusyuknya hingga air mata
pun menetes, namun setelah terkabul apa yang kita lakukan? Berdoa pun
terabaikan, bahkan tidak sedikit dari kita berpaling dari Nya.
Ibnul
Jauzi mengisahkan, Yahya al-Bakka’ (yang banyak menangis) pernah
bermimpi bertemu Allah, lalu Yahya bertanya, “Duhai Rabbku, sekian lama
aku berdoa namun tak kunjung juga dikabulkan?” Lalu Allah menjawab,
“Wahai Yahya, karena Aku suka mendengar suaramu.”
Ketujuh,bisa
jadi dengan doa tiu dikabulkan akan muncul suatu dosa atau mudarat atau
akan muncul fitnah bagimu. Bisa jadi apa yang kita minta-secara
lahir-berupa kebaikan namun hakikatnya adalah keburukan. Terlebih bagi
siapa-siapa yang hanya berdoa dengan doa-doa khusus dan meninggalkan
doa-doa yang ma’tsur.
Diriwayatkan
ada sebagian salaf yang memohon kepada Allah untuk diberi kesempatan
berperang. Tiba-tiba tersengar suara, “Jika kamu berperang, kamu akan
tertawan, dan jika kamu tertawan kamu akan menjadi nasrani.”
Kepada sekuruh muslimin, hendaknya memperhatikan doa-doa yang jami’, doa-doa yang berasal dari AL-Quran dan As-Sunah.
Semua ini mengingatkan kita akan firman Allah:“Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.” (QS. Al-Isra’ [17] : 11)
Harun Abdul Aziz
Mahasiswa Teknik Lingkungan FTSP UII
Program Beasiswa Santri Unggulan BPKLN KEMENDIKNAS RI
0 komentar:
Posting Komentar